Rabu, 20 Oktober 2010

Tiga Karung Beras

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin di Daratan Tiongkok, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.

Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.

Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja di sawah.

Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

Dan kemudian berkata kepada ibunya, "Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata, "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu,
pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan ke sekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana."

Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan ke sekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.

Sang anak akhirnya pergi juga ke sekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang ke kantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.

Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata, "Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran." Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk ke dalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata, "Masih dengan beras yang sama." Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin
itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata, "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah, jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya, kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya!"

Sang ibu sedikit takut dan berkata, "Ibu pengawas, beras di rumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana?" Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata, "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras?" Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut
akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata, "Kamu sebagai mama, kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama? Bawa pulang saja berasmu itu!"

Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata, "Maafkan saya, bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai,
menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata, "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah
lagi."

Ternyata selama ini sang ibu tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada di kampung sebelah Barat. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya. Jadi setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi ke kampung sebelah Timur untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan
kembali ke kampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan ke sekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata, "Maafkan, saya tidak tahu keadaan yang sebenarnya. Bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu."

Sang ibu buru-buru menolak dan berkata, "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing Hua dengan nilai 627 point.

Di hari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk di atas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya dia yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.

Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju ke depan dan di depan semua siswa yang hadir, dia menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu lalu kepada sang ibu, dan dengan penuh haru dia berkata, "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."

Dia mempersilakan sang ibu yang sangat luar biasa tersebut untuk naik ke atas panggung.

Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan ke atas panggung. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata, "Oh, Mamaku...... ......... ..."

(lye) Inti dari kisah ini adalah:
"Kasih ibu sepanjang masa". Inilah kasih seorang mama yang terus memberi kepada anaknya tanpa mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak bekerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses di masa depannya.
Temen-temen mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat:
"Terima kasih Mama.. Terima kasih untuk semua yang telah Mama berikan kepadaku selama ini. Semua perjuangan dan pengorbananmu takkan pernah sanggup aku balas. Aku Mencintaimu. Aku Mengasihimu... selamanya."
                                                                                                                                                                                           

Minggu, 03 Oktober 2010

Vegetarian, Makanan Religius? Bukan! Ia Cuma Pilihan Selera Makan..Ngga Lebih Dari Itu!

Sayur dan buah jelas bermanfaat bagi kesehatan namun entah mengapa sekelompok orang gemar sekali membonceng issue global warming dan mengkampanyekan vegetarian sebagai cara paling ampuh untuk menyelamatkan Bumi.

Disamping issue global warming, kelompok inipun gemar menggunakan pendekatan keagamaan dengan embel-embel vegetarian lebih suci daripada makanan lainnya [daging] namun inipun hanyalah kedok yang menyesatkan berbalut kepentingan bisnis/aliran semata.

Tuesday, May 11, 2010      http://wirajhana-eka.blogspot.com/2010/05/vegetarian-makanan-religius-bukan-ia.htm

(Lye) Jika kita lihat dari sudut pandang umum bisa dikatakan vegetarian atau mengkonsumsi makanan non-daging hanya merupakan suatu gaya hidup akan tetaoi jika kita telaah lebih lanjut kita dapat membuktikan bahwa sedikit banyak hewan-hewan ternank yang kita makan mempercepat waktu untuk mengalami GLOBAL WARMING. Berikut saya paparkan beberapa bukti bahwa kenapa ber-vegetarian itu merupakan salah satu cara untuk membantu mencegah global warming:
Sepotong daging yang dikonsumsi oleh masyarakat berasal dari peternakan. Dan kebanyakan, peternakan merupakan sumber masalah dari Global Warming, karena :
  1. Memelihara hewan ternak membutuhkan, energi listrik, lampu, penghangat ruangan, mesin pemotong, mesin pendingin untuk menyimpan daging (digunakan oleh para distributor daging, restoran, pengecer, pasar dll), dan peralatan elektronik semua itu sangat boros energi.
  2. Transportasi yang digunakan untuk mengangkut hewan ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukungnya (seperti obat-obatan) menghasilkan emisi karbon yang signifikan.
  3. Peternakan menyedot banyak sumber daya alam, mulai pakan ternak, obat-obatan, hormon untuk mempercepat pertumbuhan. (mengapa tidak kita sendiri yang langsung mengkonsumsi daun/sayur-sayuran/buah-buahan yang hewan ternak makan, mengapa kita menjadi konsumen terakhir?)
  4. Peternakan membutuhkan lahan yang tidak sedikit, oleh karena itu banyak hutan ditebang untuk membuka lahan peternakan. Hal ini diperparah dengan perusakan hutan untuk menanam pakan ternak seperti gandum, rumput dll. Padahal akan lebih effisien jika tanaman tersebut diberikan langsung pada manusia.
  5. Hewan ternak seperti sapi adalah polutan metana yang signifikan, karena sapi melepaskan metana dari dalam perutnya selama proses mencerna makanan. Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca yang 23 kali lebih buruk dari CO2, ini merupakan polutan gas rumah kaca yang signifikan.
  6. Limbah berupa kotoran ternak mengandung senyawa NO (Nitrogen Oksida) yang berbahaya 300kali lipat dibandingkan CO2. Di Amerika Serikat saja, hewan ternak menghasilkan tidak kurang lebih 39,5 ton kotoran perdetik!!!! Bayangkan berapa banyak jumlah tersebut diseluruh dunia. Jumlah yang luar biasa besar membuat sebagaian kotoran tidak dapat diproses lebih lanjut menjadi pupuk, atau hal-hal berguna lainnya, akhirnya yang dilakukan oleh pelaku industri peternakan modern membuangnya kesungai atau tempat lainnya yang akhirnya meracuni tanah dan sumber air. www.hiduplebihmulia.blogspot.com,www.suprememastertv.com
Tetapi jika dikatakan orang-orang vegetarian merupakan orang yang lebih suci dibanding yang lain, tidaklah benar. Bukan berarti seseorang yang bervegetarian sudah merupakan seorang dewa-dewi hidup^^ Tetapi mereka terkadang orang-orang non-vegetarian akan lebih segan terhadap mereka. Misalnya saja jika salah seorang teman anda merupakan vegetarian, sedangkan anda adalah non-vegetarian anda akan otomatis tidak enak makan daging didepan mereka.

Jika dikatakan vegetarian merupakan ajaran religius ini adalah benar sekali akan tetapi tetap harus dilihat agama yang mana. Salah satu agama yang mengajarkan ber-vegetarian tentu saja adalah Budha yang mengajarkan WelasAsih kepada seluruh makhluk hidup di dunia. Tetapi perlu dicatat mereka bukanlah "Lebih Suci" ^^

Selasa, 31 Agustus 2010

Heboh Restoran Kanibal di Jerman

BERLIN, KOMPAS.com — Sebuah websitemengiklankan restoran baru di Jerman dengan menyerukan orang untuk menyumbangkan bagian tubuh buat menu restoran itu. Karena iklan tersebut, kontan saja memicu kemarahan.

Kampanye
 online oleh Flime (flime-restaurante.com) di Berlin itu telah meminta para pengunjung restoran untuk "menyumbangkan bagian apa pun dari tubuh mereka" serta mencari seorang ahli bedah yang "berpikiran terbuka". Namun, para politisi telah mengutuk restoran tersebut karena, menurut harian Der Spiegel, telah melakukan sebuah akrobat PR yang tak berperasaan. 

Sejauh ini lokasi restoran itu, jika benar ada, belum diungkapkan. Para anggota yang bersedia untuk berpartisipasi dalam budaya "kanibal-Wari" itu diminta untuk mengisi formulir.
 Telegraph, Jumat (27/8/2010), melaporkan, formulir itu berisi sejumlah pertanyaan, termasuk tentang kebugaran medis, indeks masa tubuh, seberapa sering seseorang berolahraga, dan sang donor yang sedang hamil sekalipun.

Restoran tersebut mengaku terinspirasi oleh "kanibalisme belas kasih" suku Waricaca Brasil.
Website itu menjelaskan, "Kami memandang pesta sebagai tindakan spiritual, di mana semangat dan kekuatan dari makhluk yang dikonsumsi diberikan kepada para tamu."

Michael Braun, Wakil Ketua Partai Demokrat Kristen Berlin, mengatakan kepada harian
 Bild bahwa ia telah menerima e-mail yang mengeluhkan tentang restoran itu. Ia mengatakan, "Saya berasumsi itu sebuah lelucon yang menyesatkan. Tapi, itu menjijikkan, terutama karena seorang penduduk Berlin dibunuh oleh seorang kanibal belum terlalu lama." 

Diperkirakan bahwa Braun merujuk kepada Armin Meiwes yang dihukum seumur hidup tahun 2006 setelah membunuh dan memakan seorang warga Berlin lain yang secara sukarela ingin dijadikan korban. Jurgen Bernd Brandes, seorang teknisi komputer, secara sukarela bersedia dimakan oleh Meiwes tahun 2001. Meiwes, si kanibal, memotong penis Brandes dan memakannya setelah memasaknya dengan bawang putih, garam, dan merica

Dia terus memakan mayat itu selama beberapa bulan. Pada saat ditangkap, Meiwes telah menghabiskan daging mayat itu sekitar 19 kilogram.